Kita boleh saja tidak percaya dengan 02 , juga boleh saja kecewa dengan kepemimpinan 01. Banyak sekali masyarakat Indonesia yang memutuskan memilih dengan alasan ‘asal bukan yang satunya’. Namun akuilah bahwa mereka adalah putra putra terbaik bangsa. Faktanya kedua calon presiden 2019 mempunyai latar belakang yang luar biasa.

Jokowi, adalah kisah nyata seorang rakyat biasa Impian banyak anak desa, hidupnya adalah doa dari semua orang tua untuk anaknya. Seorang anak yang tinggal di pinggir kali, yang harus sering kali pindah rumah karena tidak mampu bayar sewa juga kena penggusuran dari angkuhnya kehidupan kota. Beliau lahir dari anak tukang kayu, kebiasaan giat belajar mengantarkan dirinya masuk ke Jurusan Kehutanan Universitas Gajah Mada, salah satu dari jajaran universitas terbaik di Indonesia.

Beliau bukanlah remaja terkenal atau aktivis mahasiswa, ia tak punya nama di zamannya. Ia memilih menepi dari politik universitas, gemar sekali mendaki gunung saat ada kesempatan, ia merintis bisnis dan menjadi pengusaha mebel di Surakarta secara bertahap. Ya doa jutaan orang tua, “bapak tukang kayu, semoga kamu nantinya seorang insinyur”.

Jokowi adalah kisah nyata rakyat biasa yang mengangkat derajatnya menjadi besar berkat kerja keras, doa dan usaha.

Di awal pengalamannya di dunia politik Jokowi menunjukan pemerintahan yang sangat khas di Solo, berdialog dan bertemu dengan masyarakat yang akan di relokasi karena merasa pernah merasakannya dulu. Tak ada kekerasan, pengggusuran kota dirancang sangat aman. Tak heran, warga Solo menginginkan ia kembali memimpin di periode ke dua. Perstasinya sebagai walikota Solo membuka jalannya menjadi Gubernur DKI Jakarta (2012) hingga mengantarkannya menjadi Presiden RI di tahun 2014.

Percayalah, isu Jokowi akan membangkitkan PKI dan Prabowo akan mendirikan Khilafah hanyalah permainan buzzer untuk menakut-nakuti kita. Jokowi jelas masih berusia 5 tahun saat PKI dibubarkan, ayahnya pun jelas bukan intelektual PKI, hanya tukang kayu yang tak tahu urusan politik PKI.

Di lain sisi, Prabowo adalah pangeran dalam kisah dongeng. Ia adalah putra yang baik dalam berbagai aspek. Ayahnya adalah tokoh ekonomi legendaris republik ini, Prof. Soemitro Djojohadikoesoemo, yang namanya diabadikan menjadi nama gedung di Kementerian Keuangan. Sumitro juga pernah menjabat sebagai Menteri Keuangan, Menristek, Menteri Perindustrian dan Perdagangan di Era Soekarno dan Soeharto. Kakeknya Raden Mas Margono Djojohadikoesoemo mendirikan Bank Negara Indonesia (BNI) dan beliau juga Anggota BPUPKI dan Ketua DPAS pertama

Soemitro terkenal dikenal sebagai tokoh yang berani menentang kebijakan ekonomi Soekarno dan Soeharto yang dianggap tidak pro rakyat. Bahkan pernah menjadi buron ke luar negeri di masa pemerintahan Soekarno karena dianggap terlalu vokal dan berbahaya. Sifatnya yang tangguh dan pemberani menurun pada anaknya.

Ia adalah tokoh yang berani menentang keluarga cendana saat menjadi Menteri Perindustrian dan Perdagangan, Sumitro pernah ‘tidak di anggap’ Bu Tien Soeharto selama setahun karena menolak memberikan hak istimewa dalam perdagangan

Prabowo lulus sekolah menengah atas di umur yang lebih muda dari sebayanya yaitu 16 tahun. Di usia 17 tahun, Prabowo bersama aktivis legendaris Soe Hok Gie mendirikan LSM Pembangunan, yang fokus pada pembangunan desa. LSM pembangunan adalah LSM pertama di Indonesia

Di tengah banyak anggota keluarga intelektual, beliau memilih menjadi prajurit bangsa sebagai jalan hidupnya. Ia lulus akademi militer di tahun 1974. Meski terjun di dunia militer, Prabowo tetap mewarisi tradisi intelektual keluarganya. Beliau terkenal sebagai tentara yang paling rajin membaca dan mengkoleksi buku yang sangat banyak. Ia dapat menguasai bahasa Inggris, Perancis, Belanda, dan Jerman.

Sering kali Prabowo dikirim mengikuti pelatihan militer di luar negeri pada tahun 1974, 1975, 1977, 1981. Beliau juga pernah mengenyam pendidikan di Counter Terorist Course Gsg 9 di Jerman dan Special Forces Officer Course di Fort Benning USA. Prabowo menjadi lulusan pendidikan militer terbaik di Amerika bersama Putra Raja Yordania

Prabowo, meski diidentikkan dengan ABRI Hijau dan sangat dekat dengan Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) milik B.J. Habibie di tahun 1998, nyatanya ibu dan adik Prabowo adalah seorang nasrani. Prabowo dan ayahnya adalah seorang muslim. Saat natal maupun lebaran, mereka merayakan bersama-sama. Begitulah keberagaman dan toleransi yang hidup di keluarga Prabowo.

Prestasi Jokowi dan Prabowo

Jokowi pernah dinobatkan sebagai salah satu walikota terbaik dunia, begitu juga dengan Prabowo yang telah meraih sederet prestasi saat memimpin kopassus, Ia membuat kopassus menjadi salah satu satuan elit yang di segani dunia dan pasukannya memiliki kesejahteraan di atas rata-rata. Jokowi sukses menghelat Asean Games di Indonesia. Namun medali terbanyak yang memborong peringkat Indonesia adalah kelompok Pencak Silat yang di ketuai oleh Prabowo yaitu IPSI.

Jokowi dan Prabowo adalah putra terbaik bangsa. Hanya berbeda watak, Jokowi yang jawa tulen khas dengan kesopanan, santai dan banyak bercanda. Caranya memimpin adalah hal yang baru untuk Indonesia yang membuat semua orang kagum pada pembaharuannya.

Ayah Prabowo asal Banyumas dan ibunya adalah asli Minahasa. Banyumas yang terkenal sebagai ‘bataknya jawa’ dengan suara tinggi dan ceplas ceplos di tambah ibu dari Sumatera dengan latar belakang militer. Wajar jika gaya bicara dan orasinya berapi-api. Siapa yang tidak bangga memiliki pemimpin yang mampu berorasi dengan lantang dengan bahasa asing yang fasih dalam memperjuangkan Palestina dan negeri tertindas lainnya di depan rapat PBB dan forum-forum internasional.

Jadi, baik gaya yang santai ataupun berapi-api ini hanya masalah selera pemilih saja, yang terpenting adalah keberpihakannya pada rakyat.

Jika Jokowi bukan orang yang baik mungkin Prabowo tidak mengangkatnya maju menjadi Gubernur DKI saat Megawati hampir tidak merestui, namun Prabowo getol mengusungnya. Jika anda meyakini Jokowi baik, anda juga harus meyakini Prabowo adalah orang baik. Munculnya Jokowi menjadi gubernur tak lepas dari perjuangan membantu dana kampanye Jokowi.

Berhentilah menerima informasi yang mempengaruhi kita mempersuasi seorang calon presiden. Warga negara yang baik memang harusnya kritis pada kebijakan setiap calon presiden, namun bukan menjatuhkan personalnya. Kritik kebijakannya yang tidak sesuai, bukan orangnya apalagi keluarga calon presiden. Tugas kita sebagai rakyat adalah meneliti program kerja yang dilakukan dan ditawarkan ,mengenali siapa saja orang orang yang berada dibalik kinerja calon pilihan. Saat kita telah sepakat keduanya orang baik, saatnya menilai orang-orang di sekitar mereka dan track recordnya.

Rayakan dengan gembira pesta rakyat ini siapapun pemenangnya kelak.

Bagi yang tetap ingin menyerang pribadi Jokowi dan Prabowo, tanyakan pada diri sendiri.

Apakah anda sudah lebih baik dari Jokowi dan Prabowo?

Salam 2019 pemilu damai!

 

Artikel ini ditulis oleh Afni ( ACTy Team Polygon)

ACTy merupakan komunitas yang terdiri dari 11 anak muda terpilih yang memiliki passion di dunia industri kreatif. Bersama Polygon, kami memiliki semangat dan energi yang sama untuk saling menginspirasi dan menghasilkan karya.

What you can read next

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *